-->

Desa Siberuk Kecamatan Tulis Kabupaten Batang, Komputer, blogging, SEO, Pertanian, Sosial, Pendidikan

Apa benar Polisi itu pelindung masyarakat?

Kami siap melayani anda” kalmat itulah yang terlintas di benaku ketika saya datang ke kantor polisi baik di Polsek, Satlantas maupun di Polres. Namun bagi saya pribadi, kalimat itu tidak mewakili oknum polisi yang bersikap jauh dari apa yang tertulis sebagai semboyan seorang perwira polisi tadi. Pertama kali saya membaca tulisan tadi saya merasa tenang namun semua itu sirna, semua hilang ketika saya sendiri mengalami suatu ketidakadilan yang justru dari polisi yang memiliki semboyan atau slogan tadi.

Suatu hari saya pergi ke Pekalongan naik motor. Ketika saya berada di depan Terminal Baros Pekalongan saya ditilang oleh salah satu polisi di Pos penjagaan tersebut. Saya bingung dan tidak percaya kalau saya melanggar lampu merah. Menurut saya, saya sudah mentaati peraturan lalu lintas. Saya tetap jalan ketika lampu hijau mendekati kuning. Saya merasa sudah pada posisi benar dan aman. Namun saat itu Polisi meniup peluitnya dan menyuruh saya untuk menepi dan saya digiring ke pos polisi.

Kisah penilangan yang tidak wajar
Benarkah Polisi melayani masayarakat atau justru membuat resah?


Di dalam pos saya beradu mulut dengan pak polisi. Saya bersikeras tidak melanggar lampu merah. Namun polisi tadi memvonis saya melanggar. Kata polisi, saya berada pada posisi lampu merah pas melewati depan terminal tersebut. ini memang aneh bin ajaib. Jelas-jelas saat itu lampu hijau belum sempat merah namun polisi dengan pedenya menilang saya. Bukankah ini tindakan yang semena-mena dari seorang oknum polisi yang tidak bertanggung jawab. Slogan yang berbunyi, “Kami siap melayani masayarakat” tadi sangat bertentangan dengan apa yang saya alami. Bukannya polisi melindungi, mengayomi, melayani masayarakat justru yang ada malah membuat hidup warga masyarakat menderita lantaran dieksploitasi oleh seorang oknum polisi yang meminta denda uang tilang yang saya sendiri tidak merasa melanggar lalu lintas. Saya sudah berada pada posisi yang  benar tanpa cela.

Saat itu uang saya di dompet tinggal Rp. 40.000, namun polisi meminta saya untuk membayar denda lebih dari itu. Saya disuruh sidang. Namun saya tidak bersikeras merasa tidak melanggar. Anehnya polisi tadi tertarik dengan uang saya yang tinggal Rp 40.000.  Polisi menguras seluruh isi dompet saya yang hanya semata wayang untuk ongkos transport ke pekalongan. Saya merengut polisi tersenyum di atas penderitaan orang lain. Saya pun akhirnya keluar dari pos penjagaan dengan perasaan benci, perasaan tidak ikhlas telah didzolimi oleh oknum polisi tadi yang hanya menindas rakyat bertentangan dengan kode etik dan tugas utama dari polisi. Polisi tadi hanya mencari-cari uang untuk sekedar makan siangnya begitu pikir saya dalam hati.


Sejak saat itu, saya sangat tidak repect dengan polisi. Saya sangat membenci aparat polisi. Memang benar Negara ini hancur tidak ada kepercayaan lagi pada polisi. Institusi polisi itu memang baik yang tidak baik adalah oknumnya. Merekalah yang merusak citra baik kepolisian Negara Republik Indonesia. Seperti yang saya alami beberapa tahun yang lalu oleh Oknum Polisi di Pekalongan. Itu hanya masih sedikit saja tentang penyimpangan polisi di masyarakat. Yang lainnya masih banyak. Berdasarkan cerita teman-teman saya, jika segala sesuatu berhubungan dengan polisi maka harus merogoh kocek uang. Berurusan dengan polisi bukannya masalahnya terselesaikan justru malah menjadi beban karena harus membayar lagi alias tidak gratis. Zaman sekarang mana ada yang gratis. Saya masih tidak percaya dengan slogan kepolisian tadi itu hanya slogan semata pada kenyataanya tidak terealisasi.

rewritten and posted by Almusto the writer of MTs Darul Hikmah blog
Source :http://www.mtsdarulhikmahsubah.blogspot.com/

Tradisi selamatan orang meninggal perlu dikritisi

Tradisi tahlilan dan yasinan selamatan orang meninggal merupakan tradisi turun temurun dari masyarakat Islam khususnya warga Nahdlatul Ulama(NU). Tujuan dari tahlilan ini adalah untuk mendoakan orang yang sudah meninggal supaya diampuni dosa-dosanya dan diterima amal ibadahnya selama hidup di dunia.

Namun tradisi semacam ini tidak dilakukan oleh masyarakat Islam tertentu seperti Muhammadiyah dan lainya. Menurut mereka sendiri tradisi acara selamatan istilahnya, mitung dino(selamatan 7 hari), matang puluh(selamatan 40 hari), sampai acara nglepas(melepas) tidak terdapat di tradisi mereka. Mereka juga mengatakan adat seperti itu tidak ada di dalam ajaran syariat Islam khususnya di Al Qur’an maupun Hadits shahih. Acara semacam itu menurut mereka merupakan amalan yang mengandung Bid’ah atau diada adakan sendiri tanpa ada dasarnya. Bagi mereka yang namanya Bi’dah itu tidak dibenarkan dan justru menimbulkan dosa.

Selamatan 7 hari orang meninggal di Siberuk
Tradisi Tahlilan dan yasinan Selamatan Orang meninggal


Penulis di sini juga masih belum memiliki wawasan dan pengetahuan cukup memadai sehingga penulis tidak dapat memvonis apakah adat selamatan yasinan tersebut salah atau benar, bid’ah atau tidak. Penulis sendiri termasuk bagian dari NU. Penulis hidup di lingkungan Nahdlatul Ulama. Setahu penulis dari kecil memang kalau ada orang meninggal ada adat acara membaca yasin dan tahlil bagi orang yang meninggal tersebut.

Sementara penulis dapat berpendapat bahwa Acara tahlilan dan yasinan tujuh hari berturut-turut sebenarnya syah-syah saja karena bacaan yang diucapkan berasal dari Al Qur’an kemudian dalam beberapa hadits yang pernah penulis baca memang ada anjuran untuk mendoakan orang yang sudah meninggal.

Acara kumpul-kumpul ngaji tahlil tidak masalah menurut hemat penulis, akan tetapi penulis sangat tidak setuju dengan tradisi tahlilan yang justru memberatkan sohibul musibah. Di kampong saya di Desa Siberuk acara tahlilan orang meninggal dirasa sangat memberatkan. Coba anda bayangkan selama tujuh hari keluarga yang mendapat musibah harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit terutama untuk konsumsi orang-orang warga sekitar yang ikut tahlilan. Biasanya baik yang kaya maupun yang miskin sama-sama menyajikan jajanan, makan minum dan lainnya untuk acara tahlilan tersebut. Yang paling penulis tidak setuju adalah setiap ada orang yang menyajikan makanan ala kadarnya jadi bahan pembicaraan yang tidak sepatutnya. Di daerah saya yang kasihan adalah orang yang tidak punya, karena di satu sisi mereka lagi berkabung dan berduka ditambah lagi harus membiayai acara tahlilan, kemudian tradisi di tempat penulis setiap keluarga shohibul musibah biasanya disuruh nyumbang untuk masjid dikhususkan untuk orang yang telah meninggal. Yang menjadi masalah adalah ketika yang sedang terkena musibah adalah orang yang tak punya sedangkan mereka harus mengeluarkan uang. Bukankah ini tradisi yang saya kira sangat bertentangan.


Penulis pernah membaca suatu hadits yang isinya kita supaya takziah dan menghibur keluarga yang sedang ditimpa musibah bahkan kalau bisa kita meringankan beban penderitaanya. Namun yang ada dengan adanya tradisi tahlilan yang diembel-embeli oleh acara mitung dino, matang puluh, nyatus, nyewu, mendak pisan, mendak pindho nglepas dan sebagainya dengan adanya sajian jajan lainya yang memakan biaya tidak sedikit inilah yang menjadikan penulis sangat tidak setuju karena memang semakin menambah penderitaan sohibul musibah terutama bagi keluarga yang tidak mampu. Jika keluarga shohibul musibah tidak melakukan tahlilan atau mungkin hidanganya minim sering jadi bahan olok-olokan dan pembicaraan. Inilah fenomena yang bertengan dengan ajaran Islam baik dari AlQuran maupun Hadits Nabi.

Source : http://www.mtsdarulhikmahsubah.blogspot.com/  Written and posted By Almusto 

Cara merubah posisi taskbar windows

Alhamdulillah blog Siberuk kembali posting. Kali ini saya ingin berbagi cara menempatkan posisi taskbar atau tombol start windows di berbagai area. Mulai dari samping kiri atau kanan dan bahkan posisinya di atas desktop windows.

Untuk mengubah posisi taskbar dari default nya di bawah desktop, ke samping maupun ke atas berikut saya jelaskan langkah-langkahnya.

1.   Klik kanan di taskbar anda, di situ akan ada menu. Anda pastikan bahwa taskbar tidak pada posisi terkunci atau (Lock the taskbar). Jika terkunci maka terdapat centang atau ceklistnya. Silahkan anda uncheck list  atau hilangkan tanda check list nya.

Cara mengubah posisi taskbar
Cara menghilangkan cek list Lock the taskbar


2.   Langkah berikutnya adalah silahkan anda drag(diseret) taskbar sesuai dengan keingininan. Posisi bisa di samping kanan atau kiri atau di atas.

Merubah posisi taskbar di kanan vertikal
Posisi taksbar di samping kanan vertikal

 
Mengubah posisi taskbar di atas desktop
Posisi taskbar windows di sebelah atas

3.   Terakhir setelah anda tentukan posisi yang diinginkan selanjutnya anda klik kanan di taskbar tersebut kemudian pilih “Lock the taskbar” supaya taskbar terkunci dan tidak bergeser kemana mana.

4.   Demikianlah cara mengubah posisi taskbar windows


Semoga artikel “Cara mengubah posisi taskbar windows” berguna bagi para pembaca sekalian.
Back To Top