-->

Desa Siberuk Kecamatan Tulis Kabupaten Batang, Komputer, blogging, SEO, Pertanian, Sosial, Pendidikan

Tradisi selamatan orang meninggal perlu dikritisi

Tradisi tahlilan dan yasinan selamatan orang meninggal merupakan tradisi turun temurun dari masyarakat Islam khususnya warga Nahdlatul Ulama(NU). Tujuan dari tahlilan ini adalah untuk mendoakan orang yang sudah meninggal supaya diampuni dosa-dosanya dan diterima amal ibadahnya selama hidup di dunia.

Namun tradisi semacam ini tidak dilakukan oleh masyarakat Islam tertentu seperti Muhammadiyah dan lainya. Menurut mereka sendiri tradisi acara selamatan istilahnya, mitung dino(selamatan 7 hari), matang puluh(selamatan 40 hari), sampai acara nglepas(melepas) tidak terdapat di tradisi mereka. Mereka juga mengatakan adat seperti itu tidak ada di dalam ajaran syariat Islam khususnya di Al Qur’an maupun Hadits shahih. Acara semacam itu menurut mereka merupakan amalan yang mengandung Bid’ah atau diada adakan sendiri tanpa ada dasarnya. Bagi mereka yang namanya Bi’dah itu tidak dibenarkan dan justru menimbulkan dosa.

Selamatan 7 hari orang meninggal di Siberuk
Tradisi Tahlilan dan yasinan Selamatan Orang meninggal


Penulis di sini juga masih belum memiliki wawasan dan pengetahuan cukup memadai sehingga penulis tidak dapat memvonis apakah adat selamatan yasinan tersebut salah atau benar, bid’ah atau tidak. Penulis sendiri termasuk bagian dari NU. Penulis hidup di lingkungan Nahdlatul Ulama. Setahu penulis dari kecil memang kalau ada orang meninggal ada adat acara membaca yasin dan tahlil bagi orang yang meninggal tersebut.

Sementara penulis dapat berpendapat bahwa Acara tahlilan dan yasinan tujuh hari berturut-turut sebenarnya syah-syah saja karena bacaan yang diucapkan berasal dari Al Qur’an kemudian dalam beberapa hadits yang pernah penulis baca memang ada anjuran untuk mendoakan orang yang sudah meninggal.

Acara kumpul-kumpul ngaji tahlil tidak masalah menurut hemat penulis, akan tetapi penulis sangat tidak setuju dengan tradisi tahlilan yang justru memberatkan sohibul musibah. Di kampong saya di Desa Siberuk acara tahlilan orang meninggal dirasa sangat memberatkan. Coba anda bayangkan selama tujuh hari keluarga yang mendapat musibah harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit terutama untuk konsumsi orang-orang warga sekitar yang ikut tahlilan. Biasanya baik yang kaya maupun yang miskin sama-sama menyajikan jajanan, makan minum dan lainnya untuk acara tahlilan tersebut. Yang paling penulis tidak setuju adalah setiap ada orang yang menyajikan makanan ala kadarnya jadi bahan pembicaraan yang tidak sepatutnya. Di daerah saya yang kasihan adalah orang yang tidak punya, karena di satu sisi mereka lagi berkabung dan berduka ditambah lagi harus membiayai acara tahlilan, kemudian tradisi di tempat penulis setiap keluarga shohibul musibah biasanya disuruh nyumbang untuk masjid dikhususkan untuk orang yang telah meninggal. Yang menjadi masalah adalah ketika yang sedang terkena musibah adalah orang yang tak punya sedangkan mereka harus mengeluarkan uang. Bukankah ini tradisi yang saya kira sangat bertentangan.


Penulis pernah membaca suatu hadits yang isinya kita supaya takziah dan menghibur keluarga yang sedang ditimpa musibah bahkan kalau bisa kita meringankan beban penderitaanya. Namun yang ada dengan adanya tradisi tahlilan yang diembel-embeli oleh acara mitung dino, matang puluh, nyatus, nyewu, mendak pisan, mendak pindho nglepas dan sebagainya dengan adanya sajian jajan lainya yang memakan biaya tidak sedikit inilah yang menjadikan penulis sangat tidak setuju karena memang semakin menambah penderitaan sohibul musibah terutama bagi keluarga yang tidak mampu. Jika keluarga shohibul musibah tidak melakukan tahlilan atau mungkin hidanganya minim sering jadi bahan olok-olokan dan pembicaraan. Inilah fenomena yang bertengan dengan ajaran Islam baik dari AlQuran maupun Hadits Nabi.

Source : http://www.mtsdarulhikmahsubah.blogspot.com/  Written and posted By Almusto 
Labels: Curhat, Desa Siberuk

Thanks for reading Tradisi selamatan orang meninggal perlu dikritisi. Please share...!

2 komentar on Tradisi selamatan orang meninggal perlu dikritisi

  1. Setahu saya acara pitung ndino dsb adalah adat kejawen, hal tsb adalah asimilasi kedua budaya (islam dan jawa) disini yang bersalah adalah masyarakat yang ada di daerah anda. Sebenarnya jajan/apapun itu tidak di wajibkan, tujuan acara tsb adalah untuk menghibur keluarga yg sedang berkabung, mengirim doa untuk orang yg meninggal, serta mengeratkan tali silaturahmi antar warga. :)

    ReplyDelete
  2. Ya begitulah adanya masyarakatnya seperti itu sehingga semakin memberatkan warga miskin.

    ReplyDelete

Maturnuwun geh sampun komentar ten blog kulo

Back To Top